Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

Model Pembelajaran Scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi jawaban sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar. Scramble merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Menurut Suyatno (2009), Scramble merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang disajikan dalam bentuk kartu. tahapannya adalah sebagai berikut.

(a)    Membuat kartu soal sesuai materi ajar.

Guru membuat soal sesuai dengan materi yang akan disajikan kepada siswa.

(b)   Membuat kartu jawaban dengan diacak.

Guru membuat pilihan jawaban yang susunannya diacak sesuai jawaban soal-soal pada kartu soal.

(c)    Sajikan materi.

Guru menyajikan materi ajar kepada siswa.

(d)   Bagikan kartu soal dan kartu jawaban pada kelompok.

Guru membagikan kartu soal dan membagikan kartu jawaban sebagai pilihan jawaban soal-soal pada kartu soal.

(e)    Siswa berkelompok mengerjakan kartu soal.

Siswa berkelompok dan saling membantu  mengerjakan soal-soal yang ada pada kartu soal.

(f)    Siswa mencari jawaban untuk setiap soal-soal dalam kartu soal.

Siswa mencari jawaban yang cocok untuk setiap soal yang mereka kerjakan dan memasangkannya pada kartu soal.

Model pembelajaran kooperatif tipe scramble mempunyai kelebihan. Kelebihannya tipe ini antara lain: (a) memudahkan siswa untuk menemukan jawaban; (b) mendorong siswa untuk mengerjakan soal tersebut karena jawaban sudah tersedia; (c) semua siswa terlibat; (d) kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

RPP kooperatif tipe Scramble

Model Pembelajaran kooperatif tipe Team Assited Individualization (TAI)

Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama (Widyantini, 2006).

Metode pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan metode pembelajaran secara kelompok dimana terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar (Ariani dkk, 2008).     Unsur – unsur program dalam model pembelajaran tipe TAI menurut Slavin (2009) adalah sebagai berikut.

(a)    Kelompok

Para siswa dalam TAI dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang   beranggotakan  4 sampai 5 orang, seperti pada STAD dan TGT.

(b)   Tes Penempatan

Para siswa diberikan tes pra-program dalam bidang operasi matematika pada permulaan pelaksanaan program. Mereka ditempatkan pada tingkat yang sesuai dalam program individual berdasarkan kinerja mereka dalam tes ini.

(c)    Materi-materi Kurikulum

Materi-materi kurikulum ini diadaptasi dari Slavin (2009) meliputi halaman panduan (LKK) yang berisi konsep-konsep materi beserta contoh soal dan pembahasannya, soal-soal latihan kemampuan, soal-soal tes formatif A dan tes formatif B, soal-soal tes unit, serta kunci jawaban untuk soal-soal latihan kemampuan, soal-soal tes formatif dan soal-soal tes unit.

(d)   Belajar Kelompok

Belajar kelompok ini adalah serangkaian proses belajar kelompok yang dijabarkan pada langkah-langkah pembelajaran.

(e)    Skor Kelompok dan Penghargaan Kelompok

Pada tiap akhir minggu, guru menghitung skor kelompok. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang bisa dicakupi oleh tiap anggota kelompok dan jumlah rata-rata tes unit yang berhasil diselesaikan dengan akurat. Kriterianya dibangun dari kinerja kelompok. Kriteria yang tinggi ditetapkan bagi sebuah kelompok untuk menjadi kelompok super, kriteria sedang untuk menjadi kelompok sangat baik, dan kriteria minimum untuk menjadi kelompok baik. Kelompok-kelompok yang memenuhi kriteria sebagai kelompok super atau kelompok sangat baik menerima sertifikat yang menarik.

(f)    Kelompok Pengajaran.

Guru memberikan bantuan pengajaran selama sekitar sepuluh atau lima belas menit kepada anggota kelompok. Tujuan dari sesi ini adalah untuk mengenalkan konsep-konsep utama kepada para siswa. Ini dirancang untuk membantu para siswa memahami hubungan antara pelajaran matematika yang mereka kerjakan dengan soal-soal yang ditemui dan juga merupakan soal-soal dalam kehidupan nyata.

(g)   Tes Fakta

Pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

(h)   Unit Seluruh Kelas

Pada akhir tiap tiga minggu, guru menghentikan program individual dan menghabiskan waktu satu minggu untuk mengajari seluruh kelas.

Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI yang diadaptasi dari Slavin (2009) yaitu :

(1)         siswa membentuk kelompok berdasarkan pembagian kelompok heterogen yang telah ditetapkan oleh guru. Penetapan ini merujuk pada tes penempatan,

(2)         guru menunjuk dua atau tiga orang dalam masing-masing kelompok yang bertugas sebagai pemeriksa jawaban,

(3)         para siswa membaca halaman panduan (LKK) mereka dan meminta teman satu kelompok atau guru untuk membantu bila diperlukan. Selanjutnya mereka akan memulai latihan kemampuan,

(4)         masing-masing siswa mengerjakan empat soal latihan kemudian lembar jawabannya diperiksa oleh pasangan masing-masing dalam kelompoknya. Jika jawaban keempat soal tersebut benar, maka siswa tersebut dapat melanjutkan mengerjakan tes formatif A. Jika ada jawaban yang salah, siswa harus mencoba mengerjakan kembali keempat soal tersebut sampai siswa bersangkutan dapat menyelesaikan keempat soal tersebut dengan benar. Siswa yang pada tahap ini mengalami kesulitan, didorong untuk meminta bantuan kepada guru,

(5)         setelah siswa dapat menjawab keempat soal latihan dengan benar, ia dapat mengikuti tes formatif A yang soalnya menyerupai soal latihan. Pada saat mengerjakan tes formatif, siswa bekerja sendiri sampai selesai. Seorang teman sekelompok akan memeriksa lembar jawabannya dan menghitung skor tes. Apabila siswa tersebut dapat menjawab 80% soal atau lebih dengan benar, maka pemeriksa akan menandatangani hasil tes itu untuk menunjukkan bahwa siswa tersebut telah dinyatakan sah oleh teman satu kelompoknya untuk mengikuti tes unit. Bila siswa tersebut tidak bisa mengerjakan 80% soal dengan benar, guru akan dipanggil untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa tersebut. Guru mungkin akan meminta si siswa untuk kembali mengerjakan soal-soal latihan kemampuan kemudian mengerjakan tes   formatif B yang setara dengan tes formatif A, atau jika tidak, siswa tersebut boleh terus melanjutkan ke tes unit. Tak ada siswa yang boleh mengerjakan tes unit sampai dia mengerjakan tes formatif dan pekerjaannya diperiksa oleh temannya,

(6)         tes formatif para siswa ditandatangani oleh siswa pemeriksa yang berasal dari kelompok lain supaya bisa mendapatkan tes unit. Siswa tersebut selanjutnya menyelesaikan tes unitnya, dan siswa pemeriksa akan menghitung skornya.

RPP Model Kooperatif Tipe TAI

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Learning Together) LT

Slavin (2008) mengungkapkan bahwa David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model Learning Together dari pembelajaran kooperatif (Jhonson and Jhonson 1987; Jhonson dan Jhonson & Smith, 1991).

Model yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima siswa dengan latar belakang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas, menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Model ini menekankan pada empat unsur yakni :

(1)   Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima siswa.

(2)   Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok.

(3)   Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya.

(4)   Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka.

Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode Johnson ini sama dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya (Slavin,2008).

Pada pembelajaran kooperatif tipe LT setiap kelompok diharapkan bisa membangun dan menilai sendiri kinerja kelompok mereka. Masing-masing kelompok harus bisa memperlihatkan bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal mengerjakan soal, setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas hasil yang mereka peroleh. Jika hasil tersebut belum maksimal atau lebih rendah dari kelompok lain maka mereka harus meningkatkan kinerja kelompoknya.

Adapun sintaks dari LT  adalah:

(1)     Guru menyajikan pelajaran.

(2)     Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 siswa secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).

(3)     Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi dan  menyelesaikannya.

(4)     Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.

(5)     Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.

Bentuk penghargaan yang diberikan kepada kelompok didasarkan pada pembelajaran individual semua anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan   (Slavin, 2008).

Berikut RPP Model Pembelajaran Kooperatif Tipe LT RPP Kooperatif tipe Learning Together (LT)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Heads Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dalam mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2010).

Menurut Trianto (2010), dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat fase sebagai sintaks NHT yaitu : (1) penomoran, (2) mengajukan pertanyaan,(3) berpikir bersama, dan (4) menjawab.

Fase 1 : Penomoran

Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

Fase 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, pertanyaan dapat bervariasi.

Fase 3 : Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.

Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Setiap tim dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini terdiri dari siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Di sini ketergantungan positif juga dikembangkan, dan yang kurang terbantu oleh yang lebih. Yang berkemampuan tinggi bersedia membantu meskipun mungkin mereka tidak dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi tanggung jawab atas nama baik kelompok. Yang paling lemah diharapkan sangat antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena mereka merasa merekalah yang akan ditunjuk guru menjawab (Widdiharto, 2004).

Berikut RPP model pembelajaran kooperatif tipe NHT RPP kooperatif tipe NHT

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Teams-Games-Tournaments) TGT

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar. Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Menurut Alberti (Slavin, 2009), pembelajaran TGT membawa peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar. Menurut Johnson dkk (Slavin, 2009) bahwa TGT memberikan pengaruh positif yaitu perolehan yang signifikan terhadap hasil akademik kelompok lebih besar dibandingkan secara individu.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku bangsa atau ras yang berbeda (Isjoni, 2010). Langkah-langkah TGT adalah sebagai berikut:

(1)      siswa dibagi dalam kelompok beranggotakan 5-6 siswa secara heterogen;

(2)      guru menyajikan materi;

(3)      guru memberikan lembar kerja kelompok (LKK) dan siswa bekerja dalam kelompok masing-masing, apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya;

(4)      guru memberikan games akademik untuk memastikan seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran;

(5)      dalam games akademik siswa dibagi dalam meja-meja tournament, dimana setiap meja tournament merupakan wakil dari kelompok masing-masing;

(6)      dalam setiap meja games tournament diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama;

(7)      siswa dikelompokkan dalam satu meja tournament secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja tournament kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara;

(8)      permainan pada meja tiap tournament dilakukan dengan aturan sebagai berikut:

(a)       setiap pemain dalam tiap meja menentukan pembaca soal dan pemain yang pertama;

(b)      pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal;

(c)       pembaca soal membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain;

(d)      soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal;

(e)       setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam;

(f)       skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar dan berhak mendapat kartu jawaban. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua soal habis dibacakan, setiap peserta dalam satu meja tournament dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang;

(g)      selanjutnya pemain kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang diperoleh masing-masing pemain;

(h)      ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Berikut RPP model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT RPP Kooperatif Tipe TGT

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw telah dikembangkan  dan diuji coba oleh  Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins. Slavin dan para ahli lainnya  percaya bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mengubah  norma yang berhubungan dengan hasil belajar yang meningkat, dan memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini siswa kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberikan pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tersebut  (Ibrahim dkk, 2000).

Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan 4 – 6 orang anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dengan jalan  demonstrasi atau lewat bahan bacaan (dalam bentuk teks). Dalam satu kelompok setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman dalam kelompoknya sendiri. Menyusul pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa diberikan tes secara individu tentang materi belajar. Dalam jigsaw versi Slavin, skor tim menggunakan prosedur skoring yang sama dengan STAD. Tim dan individu dengan skor tertinggi mendapat pengakuan atau penghargaan (Ibrahim dkk, 2000).

Langkah-langkah pembelajaran jigsaw menurut Trianto (2010) adalah sebagai berikut :

(1)   pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru,

(2)   siswa dibagi atas beberapa kelompok asal (tiap kelompok anggotanya 4 – 6 orang),

(3)   materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab,

(4)   setiap anggota kelompok asal membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya,

(5)   anggota dari kelompok asal lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya,

(6)   setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompok asal bertugas mengajar teman-temannya,

(7)   pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa diberikan tagihan berupa kuis individu.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu : (a) setiap anggota tim terdiri dari 3-6  orang yang disebut kelompok asal, (b) kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli, (c) kelompok ahli dari masing-masing kelompok asal berdiskusi sesuai keahliannya, dan (d) kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi (Suyatno, 2008).

Berikut contoh RPP model kooperatif tipe jigsaw RPP Kooperatfi Tipe Jigsaw

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can alway preview any post or edit you before you share it to the world.